Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2023

NEKA BEHAS NEHO KENA, NEKA KOAS NEHO KOTA

Gambar
Foto Ilustrasi: Dari Koleksi Pribadi  Sebuah Idealisme Persatuan ala Manggarai.  Sebuah Catatan Personal.  Oleh: Dr. Fransiskus Borgias, M.A.,   Catatan Pengantar                Dalam rangka mempersiapkan perayaan misa inkulturasi Manggarai oleh IKAMMABA, salah satu tokoh tetua IKAMMABA, yaitu Bapak Alex Aben, mengontak saya untuk meminta beberapa go’et atau ungkapan-ungkapan sastrawi yang indah dalam Bahasa Manggarai, yang kiranya bisa dipakai sebagai sebuah semboyan pada Baliho untuk perayaan ekaristi itu. Saya ingat dengan sangat baik bahwa pada saat itu saya sudah mengusulkan beberapa ungkapan go’et Manggarai. Misalnya saya usulkan: 1). nai ca anggit, tuka ca leleng . 2). Padir wa’I, rentu sa’i . 3). Reje lele(ng), bantang cama .                 Ternyata menurut Bapak Alex ketiga ungkapan itu sudah sering dipakai selama ini entah untuk pesta natal atau tahun baru...

ECCE NATURA

Gambar
Foto Ilustrasi: dari Koleksi Pribadi  Dr. Fransiskus Borgias, M.A.  Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR, Bandung. Disclaimer:  Teks ini, dalam bentuk yang sedikit lebih pendek, sudah pernah dimuat dalam majalah bulanan Komunikasi, KOMSOS Keuskupan Bandung, edisi tahun 2022.  Pengantar Judul tulisan saya kali ini ialah: Ecce Natura . Frasa itu bisa secara bebas diterjemahkan dengan Lihatlah Alam itu. Ilham judul ini muncul secara tiba-tiba dalam kalbu saya. Pada suatu saat t iba-tiba saya teringat, bahwa saya pernah membaca ungkapan Ecce natura ini dalam salah satu buku teologi. Tetapi saya tidak ingat lagi dengan pasti, entah buku dari siapa itu. Mungkin buku Edward Schillebee c kx, atau buku dari Juergen Moltmann . M ungkin juga buku Paul Tillich , atau Dennis Edward (seorang teolog Katolik dari Australia) . Pokoknya salah satu dari keempat nama itu. Tetapi semuanya itu tidak sangat penting. Sebab yang terpenting sekarang ini ialah upaya saya memaknai un...

NADA-NADA "EKUMENIS" LAGU "STILLE NACHT"

Gambar
foto: koleksi pribadi  Sebuah Catatan Kecil Tentang Lagu "Malam Kudus." Oleh: Fransiskus Borgias Pengantar Singkat Saya tidak ingat lagi secara persis, kapan untuk pertama kalinya saya mendengarkan nada-nada lagu yang sederhana namun indah ini? Yang jelas, saya sudah mendengarnya ketika saya masih sangat kecil, yaitu sebelum saya masuk ke Sekolah Dasar. Pada waktu itu, biasanya selama masa Advent, para guru SDK (Sekolah Dasar Katolik) tempat ayah saya mengajar, melatih koor untuk anak-anak sekolah dasar maupun untuk umat Katolik Dewasa, sebagai persiapan untuk menyongsong perayaan Natal. Rasanya pada saat-saat seperti itulah saya mendengar lagu ini untuk pertama kalinya. Maklum saat itu belum ada tape recorder di rumah kami. Semua masih sangat sederhana. Ketika saya duduk di kelas empat SD barulah ada sebuah radio kecil di rumah. Yang jelas juga, saya juga ingat bahwa saya mendengar syair lagu itu dalam bahasa Manggarai, yang judulnya Wie Nggeluk Bail (Harfiah: Malam Yang s...