DARI HOME SWEET HOME KE ROME SWEET HOME

Gambar: Foto koleksi pribadi 


Sebuah Pengalaman Rohani Yang Indah

Oleh: Fransiskus Borgias.

 

CATATAN PENGANTAR

Beberapa bulan yang lalu saya mendengarkan kesaksian seorang anak muda bule di medsos, kalau tidak salah Tiktok. Anak muda itu bersharing tentang perjalanan hidupnya menjadi seorang penganut Katolik. Ia mengatakan bahwa ia dibesarkan dan dibaptis dalam gereja Protestan. Tetapi sekarang, saat ia membuat pengakuan itu dalam Tiktok, ia sudah setahun menjalani hidup barunya sebagai penganut gereja Katolik. Ia memberikan pengakuan itu di dalam sebuah acara camping-ground anak-anak muda. Kiranya itu sebuah acara camping pembinaan orang muda Katolik (biasanya disingkat omk) di negeri Paman Sam sana. Sharing dan pengakuan anak itu disambut meriah oleh rekan-rekannya sesama orang muda Katolik dengan tepuk tangan yang sangat meriah.

Saat saya mendengar kesaksian dan sharing anak muda dalam video pwndek di atas saya teringat akan seorang tokoh pendeta Amerika Serikat yang bernama Dr.Scott Hahn. Orang ini melakukan sebuah langkah konversi yang berani, beberapa tahun silam, yaitu berpindah dari gerejanya yang lama ke dalam pangkuam Gereja Katolik. Dan ia sudah menuangkan pergulatan dan pengalamannya itu dalam beberapa buah buku yang amat penting dan menarik.

Memang sekarang di Amerika Serikat dan juga di beberapa negara dominan Protestan lainnya, ada semakin banyak orang yang tahu dan sadar aksn fakta bahwa sesungguhnya Gereja Katolik yang berpusat di Roma adalah the ROME SWEET HOME, jika kita memakai istilah yang pernah dipakai dan dipopulerkan oleh Scott Hahn, seorang mantan pendeta Protestan yang bertobat alias melakukan konversi menjadi Katolik. Di Inggris terjadi juga gelombang konversi dari gereja Anglikan ke dalam pangkuan gereja Katolik. Gelombang yang paling hebat kiranya terjadi dengan tokoh seperti Kardinal Henry Newmann itu. Sesudah generasi Newman, muncul orang seperti Gilbert Keith Chesterton yang dengan kepandaian menulisnya berusaha membuktikan kesejatian Gereja Katolik Roma.

 

KONVERSI SCOTT HAHN

Belakangan ini Di Amerika, ada seorang pendeta dan teolog Protestan, yang sudah berkonversi (bertobat) menjadi penganut gereja Katolik. Ia mengaku bahwa ketika masih berada dalam gerejanya yang lama, ia sangat tidak suka akan gereja katolik, bahkan cenderung membencinya. Ia benci akan segala sesuatu, akan apa saja yang berbau Katolik. Bahkan ia mengaku juga bahwa ia belajar teologi, hanya dengan satu tujuan, menyerang dan meruntuhkan gereja Katolik. Nama mantan pendeta itu ialah Scott Hahn. Orang yang sangat pintar. Ia juga sangat pandai bicara, dengan jalan pikiran dan jalan argumentasi yang bagus. Sekarang Ia punya acara sendiri dalam ewtn, eternal word televison network, sebuah channel tv katolik yang luar biasa mengagumkan.

Dari namanya, Hahn, kita bisa menduga dan tahu bahwa rasa-rasanya ia mempunyai latar belakang Irish (Irlandia). Jadi, karena itu, dapat dipastikan bahwa leluhurnya pasti adalah orang Katolik, sebab memang orang-orang Irlandia itu Katolik. Konon memang banyak orang keturunan Irlandia di Amerika yang akhirnya berkompromi dengan agama Kristen Protestan yang Mayoritas, lalu karena itu berpindah menjadi protestan, entah lutheran, ataupun presbyterian, sebuah experimen kekristenan yang khas Amerika.

Kiranya Scott Hahn itu adalah seorang keturunan dari orang-orang Irlandia Katolik yang mbalelo di Amerika Serikat demi kehidupan sosial-ekonomi-politik yang lebih baik dan lebih menjanjikan di tengah masyarakat. Sebab pernah ada masanya katolik di amerika itu dipandang sebagai kelas dua dan rada terbelakang secara pendidikan dan juga ada tuduhan bahwa mereka itu adalah antek roma, khususnya antek Paus. Bahkan ada sebutan bahwa mereka adalah budak-budak Paus. Entah dari mana asalnya cap atau sebutan itu.

Sedemikian kuatnya daya pengaruh Protestantisme di Amerika sehingga ada semacam undang-undang yang tidak tertulis bahwa jika ada sesesorang yang mau mau maju di dalam pemilu untuk menjadi Presiden Amerika Serikat, maka orang itu harus memenuhi kriteria yang dipadatkan dengan singkatan WASP. Itu adalah singkatan inisial dari White, Anglo-Saxon, Protestan. Jika orang mau menjadi presiden Amerika Serikat orang itu haruslah berkulit putih (White), berasal dari latar belakang keturunan Anglo Saxon, dan beragama Protestan.

Jelas itu adalah sebuah kriteria yang bersifat diskriminatif. Hal mana telah menyebabkan bahwa calon Presiden Amerika serikat seluruhnya dari kaum kulit putih, bergaris keturunan Anglo-Saxon dan Protestan. Rasanya, sejauh dan sepanjang ingatan dan pengetahuan saya, baru pada abad keduapuluhlah ada seorang presiden Amerika Serikat yang katolik, yiatu JFK, John Fitzgerald Kennedy. Itupun tidak sampai purna tugas, karena mati terbunuh oleh orang yang tidak menyukainya. Jangan-jangan berlatar belakang WASP itu juga.

Nah kembali fokus ke Scott Hahn tadi. Dalam kembara rohani dan intelektualnya untuk meruntuhkan gereja katolik roma, ternyata Hasilnya, bukan gereja Katolik yang runtuh, melainkan dia sendiri yang luruh dan tersungkur dan terhanyut di hadapan gereja Katolik, dan akhirnya dia pasrah, menyerahkan diri ke dalam pangkuan Bunda Gereja Yang Kudus, yaitu gereja Katolik Roma. Ia terseret dan terhanyut di dalam pusaran arus rohani, cinta, dan tradisi spiritualitas suci gereja Katolik Roma.

 

ROME SWEET HOME

Nah, Dari pengalaman rohani dan intelektual itulah dia menulis buku yang sangat bagus. Judulnya, ROME SWEET HOME. Judul itu sendiri jelas merupakan sebuah pukulan telak bagi orang-orang Protestan. Buku itu sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia beberapa tahun silam dan diterbitkan oleh penerbit Dioma, yang juga menerbitkan beberapa buku lain dari Scott Hahn seperti the mystery of life. Menariknya, judul buku itu dalam bahasa Indonesia tetap dipertahankan dalam bahasa Inggris. Di samping karena memang tidak mudah menerjemahkan frasa itu, juga karena frasa itu dengan sangat tepat mengungkapkan oengalaman rohani dan intelektial Scott Hahn sendiri. Maka dalam versi terjemahan BI, judulnya tetap sama ROME SWEET HOME. Tetapi dari manakah asalnya ungkapan yang sangat menarik dan padat makna itu?

Kita tahu, ada ungkapan tradisional dalam bahasa Inggris, HOME SWEET HOME. Tidak mudah menerjemahkan ungkapan ini. Pokoknya, semacam rasa betah, rasa nyaman berada di dalam rumah sendiri, rumah yang bikin kangen untuk selalu pulang, beristirahat di sana, lalu orang merasa betah. Itulah HOME SWEET HOME. Jika sedang berada jauh dari rumah or home maka orang pun dijangkiti oleh apa yang disebut home sick. Tidak mudah menerjemahkan ungkapan ini. Tetapi yang dimaksud ialah rasa sakit karena orang rindu atau kangen akan suasana rumah. Rasa ini muncul karena ada rasa sepi yang aneh yang datang menyelimuti kita manakala orang berada jauh dari rumah. Pokoknya orang jadi kangen atau rindu rumah. Hanya dengan kembali ke rumah itu saja yang bisa menjadi obatnya. Tidak ada obat yang lain.

Nah, pendeta Scott Hahn, yang sekarang sudah menjadi Katolik, mengubah kalimat tradisional itu, HOME SWEET HOME, menjadi ROME SWEET HOME. Indah sekali. Kata HOME pertama digantinya dengan ROME. SWEET HOME itu tidak lain ialah ROME, maksudnya Gereja Katolik Roma yang kudus. Ini benar-benar pukulan telak bagi orang-orang Protestan Amerika sekarang ini. Ada banyak pendeta hebat dan keren, dan beken seperti dia yang berpindah menjadi Katolik Hal itu terjadi karena mereka merasa seperti sedang pulang rumah, dan gerak balik rumah itu selalu indah dan menyenangkan.

 

MENGAPA ROME ITU SWEET HOME?

Tetapi memgapa Rome itu adalah sweet home? Itu karena sejak reformasi protestan, muncul banyak gereja. Lalu orang menjauh dari rumah asli, rumah induk katolik. Bahkan ada yang merasa bahwa gereja katolik itu sama seperti gereja-gereja lain yang baru ada kemarin sore, baru seusia jagung umurnya. Padahal usia gereja katolik roma itu sudah sangat lama. Sejak jaman PB. Luar biasa bukan? Rome inilah yang dirasa dan dialami sebaga sweet home. Bukan yang lain.

Setelah tulis buku RSH itu, Hahn menulis buku lain. Banyak. Salah satu yang penting untuk dicatat ialah buku sbb. Ini penting karena dalam buku ini Hahn melaksanakan tugas uskup untuk memberi pendasaran dan penjelasan tentang praksis hidup iman yang sudah nuncul dalam tradisi itu sendiri.

Misalnya mengapa harus pakai lilin untuk doa? Mengapa pakai air suci di pintu gereja? Mengapa pakai ðoa rosario. Dan masih banyak lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RIP CHOAN-SENG SONG: PROPONENT OF "THIRD-EYE THEOLOGY"

FELIX WILFRED: MEMBANGUN TEOLOGI ASIA YANG KREATIF-KONSTRUKTIT

MENEROPONG PROSES BERPIKIR FILOSOFIS DI DALAM RUANG-RUANG IMAJINASI SOEKARNO