PATER OVEY MUHAMMED SJ
Oleh: Fransiskus Borgias.
Pengantar Singkat
Beberapa tahun yang lalu, saya lupa persisnya, masuklah sebuah buku kecil dan menarik ke perpustakaan kami pada Fakultas Filsafat UNPAR Bandung. Pengarang buku itu adalah seseorang yang bernama Ovey Muhammed. Buku itu berjudul menarik juga: Muslim-Christian Relations, Past, Present, Future. Si Penulis ini sendiri juga sosok yang menarik, sebab walaupun ia bernama Muhammed, tetapi ia adalah seorang imam Katolik, seorang anggota Serikat Yesus, SJ (sebagaimana ditampakkan dalam judul artikel ini).
Ada banyak topik yang
dibahas beliau dalam buku ini, sebuah survey historis yang menarik. Tetapi saya
tidak akan membahas semuanya di sini. Di sini saya hanya mau membahas tentang
satu hal. Sebab dalam buku itu Pater Ovey Muhammed menulis serba singkat
tentang Fransiskus Assisi.
Catatan Tentang Kidung Saudara Matahari
Menurut dia, Fransiskus Assisi menulis Kidung Saudara
Matahari atau Gita Sang Surya yang terkenal itu, setelah pulang dari sebuah
perjalanan ke Tanah Suci. Tidak hanya berhenti di situ saja. Pater Ovey
Muhammed menambahkan keterangan bahwa puisi kosmik itu ditulis Fransiskus
dengan nada yang sangat bercorak Quranik (p.47). Tulisan saya ini sebenarnya
hanya mau memberi komentar dan catatan kritis terhadap pernyataan si Romo Ovey
Muhammed ini. Sejauh manakah pernyataan itu benar? Betulkah Fransiskus Asisi
dipengaruhi oleh Quran?
Pertama, Pater Ovey Muhammed tentu saja betul terkait dengan
fakta bahwa Fransiskus memang menulis KSM itu setelah kembali dari sebuah
perjalanan ke Tanah Suci. Diperkirakan Fransiskus melakukan perjalanan ke Tanah
Suci pada tahun 1219 di tengah berkecamuknya perang salib antara pasukan
Kristen dari Eropa melawan tentara Islam. Sebelum melanjutkan perjalanan ke
Tanah Suci di negeri Kanaan (nama kuno dari wilayah itu), Fransiskus
menyempatkan diri mengunjungi kubu dari para musuh tentara Salib yaitu kubu
pertahanan Sultan Malik al Kamil di Damieta, Mesir.
Walaupun dalam situasi permusuhan dan perang yang masih berkecamuk, tetapi Fransiskus dengan ditemani dua orang saudara, berhasil masuk ke dalam wilayah tentara Islam, bahkan bisa masuk dan diterima di dalam perkemahan (istana) Sultan Malik al Kamil. Setelah terjadi “dialog” yang intens, menarik, dan akrab, akhirnya Fransiskus mendapat ijin dan bahkan perlindungan untuk bisa sampai ke tanah suci. Fransiskus tidak bisa berlama-lama di tanah suci, karena segera datang laporan bahwa di Asisi terjadi krisis di dalam persaudaraan yang mengancam kesatuan persaudaraan itu. Maka Fransiskus pun segera kembali ke Asisi.
Perjalanan ke Tanah Suci Kanaan
Diketahui bahwa Fransiskus tidak langsung menulis puisi itu sesudah ia tiba dari perjalanan ke tanah suci tadi. Melainkan ia baru menulisnya beberapa tahun kemudian yaitu pada tahun 1224-1225, kiranya tidak lama setelah ia mengalami peristiwa stigmata itu dan juga ia mulai menjadi buta (mungkin karena katarak, sebagaimana pernah dikatakan Cletus Groenen dalam salah satu dialog bimbingan penulisan skripsi kepada saya di Papringan Yogya dulu). Informasi yang kurang lebih sama juga dapat kita baca dalam buku dari Dr. N.G.M. van Doornik MSC itu, Fransiskus Nabi Masa Kini, bahwa Fransiskus menulis puisi itu dalam keadaan buta, sehingga terjadi sebuah pengalaman paradoksal, yaitu ia buta, tetapi menulis dan memuja tentang sang cahaya matahari.
Salah satu penjelasan psikologis yang bisa kita gali dari orang
seperti Eloi Le-Clerqe dan Eric Doyle ialah bahwa saat Fransiskus menulis puisi
tentang saudara matahari yang bercahaya itu, ia bukan lagi terutama berbicara
tentang matahari fisikal, melainkan tentang matahari batiniah, matahari yang
sudah masuk dan mengendap dalam kalbunya dan daya imajinasinya sehingga dari
sana keluarlah puisi kosmis yang indah itu.
KSM Berlatar belakang Quran?
Kembali kepada pernyataan Ovey Muhammad tadi. Sekali lagi,
adalah betul bahwa Fransiskus menulis puisi kosmis itu sesudah pulang dari
tanah suci tetapi tidak langsung melainkan berselang lima atau bahkan enam
tahun. Kita tidak bisa menyangkal hal itu. Tetapi, dan ini yang ingin saya
kritisi di sini, apakah puisi KSM/GSS itu bercorak Qurani? Tunggu dulu. Tulisan
saya selanjutnya mengulas tentang persoalan ini.
Pertama, Pater Ovey Muhammed sama sekali tidak memberi rujukan yang jelas dan pasti Quran bagian manakah yang ia maksud, yang menjadi sumber yang mengilhami Fransiskus? Kedua, pater yesuit ini juga tidak memberi keterangan yang pasti, mirip dalam hal apa antara Quran dan puisi KSM itu? Apakah dalam hal gaya Bahasa? Ataukah dalam hal metafora? Tidak ada keterangan dan penjelasan yang pasti sama sekali tentang hal itu.
Ketiga, jika diterima
bahwa Fransiskus memang dipengaruhi oleh Quran, maka hal ini mengandaikan bahwa
Fransiskus itu bisa membaca Quran. Tentu saja hal itu nonsense sama sekali.
Tidak mungkin. Sebab membaca huruf Latin saja Fransiskus agar susah kok,
apalagi harus membaca huruf Arab. Hemmmm…. Tentu saja mungkin ada yang akan
mengatakan bahwa bisa saja Fransiskus bukan membaca, tetapi mendengar orang
lain membacakan. Tetapi tentang hal itu pun masih bisa diragukan karena tidak
ada kesaksian sejarah tentang hal itu.
Kesaksian Para Ahli Ilmu Kefransiskanan
Masih ada alasan lain yang bisa dipakai untuk mengkritisi
romo Yesuit ini. Yaitu, keempat, belum ada ahli Fransiskan (sejauh, sepanjang,
sependek, sedangkal pengetahuan saya tentu saja) yang omong begitu. Justru kita
mendapat penjelasan lain tentang hal itu (yang akan saya ulas di bawah nanti). Sebut
saja beberapa ahli Fransiskan yang pernah saya baca, misalnya Giullio Basetti
Sani, yang juga banyak mengulas perjumpaan Fransiskus dan Islam, bahkan
mengulas tentang karya dari seorang mistikus dan tokoh dialog Prancis, Louis
Massignon, yang antara lain mengulas mistik stigmata Fransiskus dibandingkan
dengan pengalaman mistik Al Hallaj, misalnya. Bahkan dalam buku Pater Sani ini
pun saya tidak temukan omongan seperti itu. Itu hanya sekadar menyebut satu
ahli saja.
Kesaksian lain yang lebih kuat justru mengatakan bahwa ilham yang paling kuat dan dekat bagi Fransiskus adalah Kitab Suci Perjanjian Lama, terutama Mazmur dan Kitab Daniel. Kesaksian tentang itu dapat kita baca dalam buku Karya-karya Fransiskus dari Asisi (SEKAFI, 2008, Terjemahan dan komentar singkat, Mgr. Dr.Leo Laba Ladjar, OFM). Dalam buku itu kita bisa membaca bahwa bahkan sudah sejak awal, orang seperti Tomas dari Celano sudah mengkaitkan puisi kosmis Fransiskus ini dengan Nyanyian tiga pemuda dalam tanur api dalam kitab Daniel itu.
Bahkan semua unsur kosmis yang disebut dalam KSM itu ada dalam
Nyanyian Tiga Pemuda itu dan juga dalam beberapa Mazmur. Misalnya di dalam KSM
itu disebutkan Matahari, bulan, bintang, bumi, angina, api, air, dst. Semuanya
disebut dan diajak untuk memuji Tuhan.
Satu-satunya perbedaan ialah Fransiskus menyebut semua unsur alam itu dengan sebutan saudara dan saudari dan ibu. Jadi, persaudaraan kosmis semesta ini adalah khas Fransiskus. Tidak ada di tempat lain bahkan dalam teks-teks Perjanjian Lama yang menjadi sumber ilhamnya.
Simpulan Akhir
Oleh karena itu, Pater
Ovey Muhammed terlalu berlebih-lebihan saat mengatakan bahwa Fransiskus
dipengaruhi oleh Islam khususnya Quran. Ya, kiranya pengaruh itu mungkin ada.
Tidak disangkal juga. Tetapi jangan dilebih-lebihkan juga. Menurut saya Pater
Ovey Muhammed terlalu melebih-lebihkannya.
Taman Kopo Indah II, Bandung.
Dr. Fransiskus Borgias, MA.
Wah, tulisan saya ini termasuk cepat juga di-view orang... terima kasih banyak atas kunjungan dan apresiasinya... salam damai...
BalasHapus