3 DESEMBER, HARI PERINGATAN SANTO FRANSISKUS XAVERIUS
![]() |
St. Fransiskus Xaverius, Missionaris. |
Oleh: Fransiskus Borgias.
Pengantar Singkat
Hari ini, Gereja Katolik sedunia merayakan peringatan santo
Fransiskus Xaverius. Dia adalah seorang imam yang oleh tradisi gereja kemudian
diangkat menjadi pelindung misi. Dia sendiri adalah anggota Serikat Yesus, atau
yang lebih kita kenal dengan sebutan Jesuit. Hari ini, ada banyak hal yang
serta merta mengingatkan saya akan dia. Pertama, ada beberapa teman yang
memposting gambar sang santo missionaris agung itu dalam laman Facebook mereka.
Ada juga yang memasang gambar itu dalam status WA mereka, dan ada juga yang
memasangnya dalam ruang Instagram mereka. Sehingga kesannya, pada hari ini dia
ada di mana-mana.
Setahun yang lalu, saya masih ingat bahkan beberapa orang
yang biasa mengirimkan renungan hariannya kepada saya, juga menampilkan
renungan istimewa tentang tokoh yang satu ini. Salah satunya renungan yang dikirimkan
oleh almarhum Mgr.Hubert Leteng. Dalam renungannya itu, almarhum Uskup Hubertus
berbicara tentang santo yang agung dan istimewa ini. Selain renungan dari
almarhum Mgr.Hubertus, ada juga renungan yang dikirimkan oleh Romo John Samur
kepada saya setiap hari. Begitu juga beberapa renungan yang dikirimkan oleh
sahabat saya Michael Yusuf kepada saya setiap hari.
Khusus mengenai yang dikirim oleh pak Michael Yusuf ini, sebenarnya
dia hanya meneruskan saja beberapa renungan dari orang lain. Sedangkan almarhum
Mgr.Hubert mengirim renungan yang ia tulis sendiri. Begitu juga Romo John Samur;
ia mengirimkan renungan yang dengan setia ia buat setiap hari. Sungguh luar
biasa ketekunan dan kesetiaan mereka. Orang-orang ini adalah orang yang setia
mengirimkan macam-macam renungan kepada saya menjadi santapan rohani bagi saya
setiap. Renungan Mgr.Hubert sudah berhenti sejak ia sakit dan akhirnya
meninggal dunia. Sedangkan renungan Romo John Samur, sepanjang tahun 2022 ini
sudah jarang sekali muncul. Yang masih setia ialah bapa Michael Yusuf. Untuk
itu, saya menghaturkan berlimpah terima kasih.
Sebuah Kenangan Perjalanan Panjang
Sekarang kembali ke Santo Missionaris agung Fransiskus
Xaverius ini. Mengenai dia ini, saya teringat akan beberapa hal yang penting
yang ingin saya tuangkan dalam tulisan ini. Pertama, entah sudah berapa buku
dan catatan yang saya baca terkait dengan orang ini. Hampir semua buku sejarah
gereja, apalagi sejarah gereja di Asia, tidak ada yang pernah melewatkan tokoh
yang satu ini. Pasti mereka akan membaktikan beberapa halaman khusus untuk
melukiskan karya orang ini. Di sini saya teringat akan catatan yang terendapkan
dalam salah satu dari empat jilid sejarah gereja di Indonesia yang dieditori
oleh Doktor Pater Muskens itu.
Salah satu chapter dalam buku itu antara lain berkisah
tentang perjalanan sang santo menumpang kapal dagang colonial Portugis
menelusuri rute perjalanan normal mereka dari Portugis ke Afrika Selatan, ke
Tanjung Harapan Baik (Capo del Boa Esperanza; kalau tidak salah demikianlah
penulisannya. Mohon maaf jika salah). Dinamakan “Pengharapan Yang Baik” karena
setelah tiba dengan selamat di pelabuhan itu, maka ada harapan yang sangat
besar dan kuat bahwa sebentar lagi mereka akan mencapai Asia Selatan (India dan
dari sana ke Indonesia, Nusantara, Bumantara menurut usulan Sutan Takdir
Alisyahbana) pusat segala rempah-rempah, primadona dagang dunia internasional pada
masa itu.
Dikisahkan bahwa dari semenanjung Afrika Selatan itu mereka
akan melewati selat Madagaskar lalu ke utara lagi menyusuri pantai timur Afrika,
dan tiba di Teluk Aden, dan mampir di kota pelabuhan yang ada di kawasan itu,
di daerah Yaman modern sekarang ini. Oh ya, perjalanan laut yang panjang dan
berbahaya itu mau tidak mau ditempuh karena perjalanan darat sudah tidak
dimungkinkan lagi karena jalan darat dikuasai penguasa Islam (Turki). Praktis
jalan tradisional jalur sutra (silk road) dari China, India, sampai ke Venetia
(Italia) boleh dikatakan dimonopoli oleh penguasa Islam.
Kembali ke jalur laut itu tadi. Dari Pelabuhan di Yaman dan
Oman itu mereka akan melewati kawasan teluk dan berbelok ke Timur dan tiba di
sebuah pelabuhan di India bagian selatan. Itulah Goa. Sejak awal masa ekspansi
kolonilismenya Portugis memang sudah berhasil membangun pangkalan militer di
semua pelabuhan yang strategis itu. Lalu dari basis banteng mereka di Goa di
India mereka ke Aceh. Konon Aceh tidak pernah bisa mereka taklukkan (karena ada
bantuan dari balatentara angkatan Laut Turki yang memandang para peluat
Portugis itu tidak lebih dari sebagai para perompak dan pengacau jalur
perdagangan belaka). Oleh karena itu para penjelajah Portugis itu pun memusatkan
perhatian ke Malaka. Dan akhirnya juga mereka bisa menguasai Malaka dan
membangun banteng pertahanan di sana.
Sampai ke Nusantara
Dari Malaka mereka ke Banten, tetapi tidak ada laporan
mengenai upaya “menguasai” Banten. Rupanya mereka hanya singgah saja. Lalu ke
Jayakarta (kelak bernama Batavia) dan berhasil menguasai juga Jayakarta itu
untuk beberapa waktu lamanya sebelum kemudian direbut oleh para pedagang
Belanda). Jejak kehadiran Portugis di Jayakarta, menurut laporan dari Pater
Kurris SJ, masih bisa ditemukan di daerah Tugu Tanjung Priok. Jejak-jejak itu
terutama dalam bentuk kuburan dengan nama-nama Portugis, antara lain seperti
Pepe. Ketika Belanda berhasil mengalahkan mereka, maka mereka pun melanjutkan
perjalanan mereka ke arah Timur.
Dan kita tahu bahwa dari Jayakarta, mereka ke arah Timur pulau
Jawa dan tiba di daerah Blambangan salah satu pusat kerajaan Hindu Jawa pada
masa itu sebelum dihancurkan kemudian oleh kekuatan Islam (berkat bantuan
rancangan pemerintah Kolonial Belanda). Dari Blambangan mereka terus ke Timur
yaitu pantai Utara Flores, mungkin mampir di beberapa pelabuhan di Flores
Timur. Yang jelas, dari sana mereka ke Timor Leste. Dari sana mereka bergerak ke
arah Utara yaitu ke perairan Maluku, Ternate.
Nah catatan sejarah gereja yang saya sebut di atas tadi,
pada dasarnya menyinggung dan melukiskan semua tempat persinggahan itu.
Fransiskus Xaverius, dalam perjalanannya ke Nusantara, melewati semua titik
itu, karena ia mengikuti kapal dagang, ekspedisi dagang dan militer orang-orang
Portugis. Dengan cara itu maka sampailah ia di Maluku. Buku Sejarah Gereja
Muskens yang sudah disebut di atas tadi, melukiskan beberapa upaya dia
mewartakan injil Tuhan Yesus Kristus di sana. Dikatakan juga bahwa ia berhasil
mempertobatkan dan kemudian membaptis banyak orang di sana.
Tetapi kemudian semua hal itu hilang karena Portugis tidak
bisa bertahan lama di sana setelah mereka kalah bersaing dengan para pedagang
Eropa lainnya, terutama Belanda. Karena kuasa Portugis di Maluku tidak bertahan
lama, maka Fransiskus Xaverius pun keluar dari sana dan dikabarkan ia
melanjutkan perjalanan ke Makao (juga koloni Portugal), lalu dari sana ke
Formosa (nama pemberian Portugis untuk Taiwan) dan akhirnya kemudian ia ke
Jepang. Sungguh sebuah perjalanan misioner yang luar biasa mengagumkan. Itulah
saripati dan ringkasan yang padat dari kisah yang saya dapat saya ingat dari catatan
sejarah dalam buku gereja itu.
Dikenang Dalam Lagu Liturgi Gereja
Hari ini, saya mau mencatat satu hal lain yang secara
spontan saya ingat tatkala memperingati tokoh itu pada hari ini. Sedemikian
besarnya daya pengaruh tokoh ini di dalam karya misi maka tokoh ini pun
akhirnya diangkat menjadi tokoh pelindung karya misi. Terkait dengan peranan
ini, saya ingat bahwa pada masa kecil dulu ada sebuah buku nyanyian liturgy
gereja, yang berjudul Yubilate.
Di dalam buku itu ada sebuah lagu yang secara khusus dibuat
untuk mengenang dan memperingati tokoh kita ini. Sekarang lagu itu sudah tidak
ada lagi dalam versi terbaru dari Yubilate. Entah apa pertimbangannya sehingga
lagu itu tidak lagi dicantumkan. Mungkin, saya hanya menduga, karena lagu itu
diciptakan dalam konteks semangat (untuk tidak dikatakan sebagai ambisi atau
bahkan nafsu) misi yang menggebu-gebu.
Dalam suasana modern dewasa ini, semangat misioner itu tetap
disadari sebagai sebuah kewajiban fundamental setiap orang Kristen karena erat
terkait dengan martabat baptisannya (sebagaimana pernah dinyatakan dengan jelas
antara lain dalam ensiklik Redemptoris
Missio, yang saya terjemahkan dulu, pada tahun 1991, untuk DokPen KWI,
bersama direktur dokpen pada waktu itu pater Alfons Suhardi. Sayang beberapa
penulis buku teologi, khususnya teologi misi dan dialog, ada yang tidak
menyebut nama saya sebagai penerjemah, hanya menyebut nama pater alfons saja,
padahal nama saya ada pada urutan pertama, sehingga setiap kali membaca buku
orang-orang seperti itu, dalam hati saya bertanya, apakah mereka itu buta huruf
yah, sehingga hanya membaca nama alfons suhardi dan tidak membaca nama saya
sebagai penerjemah pertama dan utama… hehehehe…).
Kembali ke jalur utama. Orang Kristen tidak pernah lupa akan
dimensi misioner panggilan hidup mereka sebagai orang Kristen karena hal itu
diperintahkan di dalam injil antara lain dalam Mat 28:19-20 itu. Dengan caranya
sendiri sang penulis Kisah Para Rasul juga menampakkan hal seperti itu dalam
sebuah cetak birunya yang agung yang dapat kita temukan dalam Kis 1:8 (Kurang lebih bunyinya sbb: Kamu
akan menjadi saksiKu, mulai dari Yerusalam, Yudea, Galilea, Samaria, dan sampai
ke ujung bumi). Oleh karena semangat misioner itu tidak pernah dilupakan maka
di sini saya mencoba mengenang lagu dari Yubilate lama tersebut tentang
Fransiskus Xaverius.
Catatan Penutup
Saya mau menutup tulisan saya ini dengan mengutip lagu
tersebut yang saat ini dalam Yubilate baru tidak dapat kita temukan lagi. Teks lagu
itu masih ada dalam buku Yubilate yang lama. Lagu itu sendiri terdiri atas
beberapa bait. Inilah informasi lengkap tentang lagu tersebut dari Bait ke
Bait. Bait pertamanya berbunyi sbb: “Fransiscus utusan Allah jang dulu kalanja.
Mengadjar bangsa jang di Indonesia. Fransiscus lindungkanlah agama dari surga,
hantar ke Kawan esa, bangsa kami semua.” Kemudian Bait duanya berbunyi sbb:
“Engkau tinggalkan tanah air dan keluargamu, mentjintai orang jang sengsai
djauh dari Tuhanmu. Fransiscus, lindungkanlah agama dari surga, hantar ke Kawan
esa, bangsa kami semua.”
Perlu juga saya informasikan bahwa Lagu ini ada dalam
koleksi lagu-lagu untuk Orang-orang Kudus (ada di Nomor 174). Di dalam koleksi
ini ada juga lagu untuk hari Raya Petrus dan Paulus, Santa Theresia, bahkan ada
dua lagu untuk Santo Aloysius. Yang masih dipakai sekarang dalam versi
terjemahan baru ialah lagu yang dikaitkan dengan Pesta Segala Orang Kudus.
Sedangkan yang lain, bahkan yang untuk Hari Raya Petrus dan Pauluspun, sudah
tidak ada lagi. Selamat Memperingati Peringatan Santo Fransiskus Xaverius
dengan menghayati panggilan dasar kita untuk menjadi misionaris dengan cara
hidup kita masing-masing.
Komentar
Posting Komentar